• PKBM NGUDI MAKMUR
  • Bersama Kita Bisa....

TEORI DAN KONSEP BELAJAR MENURUT PARA AHLI

Pendidikan dimaksudkan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dalam pendidikan, tidak memakai istilah paksaan, serta selalu menjaga kelangsungan hidup batin anak dan mengamati agar anak dapat tumbuh dan berkembang menurut kodratnya. Pendidikan secara umum berarti usaha menumbuh-kembangkan budi pekerti, intelegensi dan tubuh peserta didik, oleh sebab itu maka segala sarana, usaha dan metoda pendidikan harus sesuai dengan kodrat manusia. Kodrat keadaan manusia itu meliputi adat istiadat peserta didik, adat istiadat sebagai sifat perikehidupan, atau perpaduan usaha dan daya upaya menuju hidup tertib dan damai akan dipengaruhi oleh masa.

Pengajaran bertujuan untuk kemerdekaan hidup manusia secara lahiriah, sedangkan pendidikan bertujuan untuk kemerdekaan hidup manusia secara batiniah. Manusia baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak tergantung kepada orang lain, melainkan bersandar atas kekuatan sendiri.

Tujuan pengajaran dan pendidikan yang berguna bagi kepentingan Bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam pendidikan, kemerdekaan itu maksudnya adalah berdiri sendiri, tidak tergantung kapada orang lain.

Bentuk-bentuk kegiatan Belajar dalam PLS

Bentuk-bentuk kegiatan belajar yang selalu dilakukan dalam PLS antara lain: 1) Belajar kelompok, 2) Magang, 3) Latihan-l a t i h a n keterampilan, 4) Lain-lain.

Belajar Kelompok

Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan peranannya (Sherif,. 1962). Pada bagian lain Hare (1962) mengemukakan bahwa, kelompok bukanlah sekedar kumpulan orang-orang. Anggota kelompok mengadakan interaksi satu sama lain dan mempunyai tujuan yang memberi Haluan dan arah gerak kelompok maupun anggota kelompok agar tercapai tujuannya. Burgon menjelaskan bahwa kelompok kecil yang terdiri dari 2-20 orang memiliki ciri interaksi tatap muka, yang anggotanya terdiri dari 3 orang atau lebih memiliki tujuan tertentu seperti menyebarluaskan informasi, mempertahankan diri atau memecahkan masalah.

Istilah belajar kelompok sesungguhnya memberikan konotasi, bahwa kegiatan belajar dilakukan secara bersamasama. Merupakan proses pertukaran ide dimana dua orang atau lebih mengekspresikan, menjelaskan dan mengumpulkan pengetahuan, pengalaman, pendapat dan perasaan-perasaannya (Malcom S.Knowles, 1950).

Dalam belajar kelompok, pengalaman belajar tidak hanya diperoleh dan berasal dari sumber belajar, melainkan terdapat pula melalui interaksi kelompok antar peserta didik itu sendiri. kegiatan belajar kelompok adalah terjalinnya interaksi antara sumber belajar dengan warga belajar secara efektif.

Magang

Magang merupakan salah satu kegiatan belajar yang asli dan yang paling tua. Setelah manusia mengenal perkakas, senjata, pakaian, perumahan dan bahasa maka hasrat untuk mengetahui, menguasai, dan sikap untuk memiliki benda-benda tersebut menjadi bagian dari kehidupannya. Dengan adanya hasrat itu maka pada masa lampau telah terjadi kegiatan.atau proses pemberian dan menerimaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari seseorang yang memiliki aspek-aspek tersebut kepada orang yang ingin memiliki aspek-aspek tersebut.

Menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Lembang Bandung, magang adalah proses belajar dimana seseorang memperoleh dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam bidangnya.

Selanjutnya Sudjana mengemukakan: "Magang sebagai cara memberi dan menerima informasi yang telah ada dalam kehidupan manusia telah berhasil dalam menjembatani pemindahan pengalaman seseorang kepada orang lain yang belum memiliki pengalaman sehingga orang disebut terakhir itu berdiri sendiri (1983 : 3)".

Magang yang merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar dalam Pendidikan luar sekolah, dalam pelaksanaannya t:idak dibatasi oleh waktu dan tempat serta mempunyai gagasan life long education sebagai konsep utama dalam pendidikan luar sekolah, serta berupaya untuk mengatasi kebutuhan masyarakat secara efisien, efektif dan relevan dengan yang dibutuhkan masyarakat (Santoso S.Hamidjoyo,1982:31)

Selanjutnya menurut Sumarna (1990), lembaga formal yang ada saat ini tak bisa diharapkan mampu mencetak tenaga kerja terampil yang sangat dibutuhkan pasar kerja, sebab kurikulum maupun sarana pendidikan formal yang digunakan umumnya sudah ketinggalan atau tak mampu mengikuti derap dunia usaha dan industri yang berkembang sangat pesat dan cepat berubah. Oleh sebab itu pendidikan luar sekolah memiliki peluang dan potensi untuk menjawab tantangan ini.

Dalam kegiatan belajar magang, terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Menurut Sudjana, dalam kegiatan magang terdapat : 1) Tujuan, 2) Bahan, 3) Sumber belajar, 4) Warga belajar, 5) Sarana, 6) Tempat, 7) Waktu, dan 8) Biaya akomodasi (Sudjana, 1983:36).

Latihan Keterampilan

Menurut Suparman "penyampaian materi pendidikan tidak cukup diberikan secara ceramah atau teori yang muluk-muluk, tetapi harus melalui latihan dan perbuatan-perbuatan yang Bagian lain Emil Salim mengemukakan" dalam mengembangkan sumber daya manusia sebagai faktor produksi maka produktivitas manusia harus ditingkatkan melalui keterampilan-keterampilan (1990 : 6).

Latihan keterampilan bertujuan untuk mengembangkan mental, keuletan, disiplin dan lain-lain yang kesemuanya itu harus diperaktekkan secara kongkret di dalam kehidupan masyarakat. Latihan keterampilan secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu cara sistematik yang diberikan, kepada seorang untuk mendapatklan suatu keterampilan tertentu (Goldstsin, 1973: 3) pada bagian lain Roberts (1937:337) membagi latihan katerampilan kedalam dua macamlatihan berdasarkan jenisnya yaitu 1) latihan keterampilan prajabatan untuk menyiapkan calon pekerja dalam menghadapi suatu jenis pekerjaan tertentu dan 2; Latihan keterampilan tambahan bagi mereka yang sudah bekerja dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan efisiensi kerja.

Di bidang teknik, latihan ini direncanakan untuk meny iapkan peserta didik dalam menghadapi pekerjaan yang membutuhkan keterampilan sekaligus pemahaman tentang hukum-hukum sains yang sukar untuk dikerjakan secara teori.

Menurut Butler (1974: 4) keberhasilan peserta didik dalam mengikuti suatu latihan keterampilan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain : 1) kemampuan umumnya tingkat pendidikan, 2) pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh sebelumnya dan yang berhubungan dengan yang dipelajari saat ini; 3) bakat dan kecerdasan dalam bidang tertentu; 4) sikap dan minatnya terhadap apa yang dipelajari; 5) fasilitas belajar yang diperolehnya melalui mata, telinga dan pengalaman-pengalaman; 6) cara pengajaran yang ada.

Pola Pengelolaan PLS yang Ideal

Untuk pengelolaan kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman masyarakat melalui Pendidikan Luar Sekolah, harus diperhatikan pola pengelolaan PLS yang meliputi tiga unsur penting yaitu manajemen, program dan pendidikan luar sekolah. Manajemen disini meliputi :

Perencanaan

Perencanaan di atas terfokus pada upaya menghasilkan rencana yang harus dapat dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan program PLS yang telah ditetapkan.

Perencanaan ini meliputi aspek : 1) Perencanaan fasilitas pendidikan/ penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman. Hal-hal yang direncanakan disini meliputl persiapan kerangkan konsepsional, persiapan para pelaksana, persiapan fasilitas kerja yang dibutuhkan, gambaran organisasi yang akan melaksanakan

penyaluran. 2) Perencanaan atau gambaran masalah kesehatan lingkungan dan pemukiman ada d I masyarakat.

Pengorganisasian

Pengorganisasian didasarkan atas kebermaknaan, keluwesan, dan kedinamisan. Organisasi ini memiliki sembilan prinsip yaitu kejelasan tujuan, alur lalu lintas, komunikasi, tanggung jawab, aturan-aturan tertulis, pembagian tugas, koordinasi, keluwesan, keamanan dan kreativitas kerja.

Tahap pengorganisasian dilakukan bersama masyarakat sedemikian rupa sehingga masyarakat merasa memiliki, tanggung jawab untuk ikut melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan.

Agar pengorganisasian masyarakat ini berjalan baik perlu dilakukan langkah- langkah kegiatan sebagai berikut :1) Memilih dan menentukan daerah yang akan dijadikan sasaran pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan da pemukiman. 2) Melakukan pendekatan dengan pamong setempat (Camat dan Kepala Desa) serta pemuka masyarakat. 3) Pembentukan kelompok kerja yang tugasnya mengkoordinir kegiatan yang akan dilakukan. 4) Pembentukan pelaksana yang tugasnya aksanakan penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman, yaitu (1) Melakukan pengumpulan data yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. (2) Penyajian data oleh dan kepada masyarakat, (3) Pertemuan dengan masyarakat guna merumuskan program kerja yang akan dilaksanakan.

Penggerakan

Penggerakkan merupakan upaya pengelola untuk memotivasi staf dengan membangkitkan dorongan (motives) sehingga mereka mau dan mampu melakukan kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Pada tahap ini masyarakat diharapkan akan mampu melaksanakan rencana yang telah disusunnya.

Peranan pengelola, perencana, pelaksana lapangan berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, pendamping.

Evaluasi Program

Evaluasi program disini merupakan kegiatan sistimatis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data atau informasi guna dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan. Sasaran yang dievaluasi adalah .perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak dari program pendidikan Luar Sekolah. Sasaran pendidikan/penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemukiman adalah masyarakat (manusia) dengan aspek tingkah asunya serta fisik lingkungan dan pemukiman dengan prasarananya.

Pembinaan, pemantapan dan pengembangan

Pembinaan mencakup pengawasan (controlling) dan supervisi (supervizing). Kedua fungsi pembinaan tersebut diselenggarakan secara sengaja, sistematis dan terprogram.

 

Pengawasan di sini adalah kegiatan memantau dan memperbaiki kegiatan, meliputi upaya memilih yang harus sesuai dengan rencana. Sedangkan supervisi di sini diartikan sebagai kegiatan memberikan bantuan pelayanan teknis kepada pelaksana program dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan, Pembinaan ini dapat menggunakan teknik-teknik pendekatan langsung dan tidak langsung. Pelaporan hasil kegiatan pembinaan dilakukan secara berkala.

Pengembangan program dilakukan melalui pendekatan partisipan langsung dan tidak langsung. strategi pengembangan menggunakan langkah-langkah : Studi lingkungan, evaluasi berbagai isyu, peramalan/antisipasi, penentuan tujuan, implementasi dan monitoring.

Jika perencanaan dan program pelaksanaan telah diselesaikan dengan baik, maka pengembangan dapat dilakukan dan ruang lingkup daerah.kegiatan yang lebih luas. Dengan dilakukannya pengembangan, maka secara bertahap daerah kerja dan masyarakat yang ikut serta, yang meningkatkan derajat kesehatan pemukiman akan bertambah banyak dan pada akhirnya nanti akan dapat meningkatkan kualitas hidup

masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan Orang Dewasa

Berkaitan dengan konsep pendidikan orang dewasa, Gordon G.Darkenwald (1982 : 9) dalam "Adult Education: Foundations of Practice" mengemukakan bahwa "Adult education is a proces whereby person whose major social roles are characteristic of adult status undertake systematic and substained learing activities for the purpose of bringing about changes in knowledge, attitudes, values or skills".

Jadi yang menonjol dalam pendidikan orang dewasa antara lain proses kehidupan seseorang yang melibatkan dini dalam peran sosial. Tujuan seseorang melibatkan dini dalam peran sosial yang lebih luas antara lain untuk mengusahakan dan menopang aktivitas pengajaran yang diperkirakan dapat merubah pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan.

 

Dengan demikian, maka unsur-unsur pendidikan orang dewasa paling tidak mesti ada unsur keterlibatan seseorang peran sosial yang lebih luas, juga mesti ada unsur aktivitas pembelajaran individu dalam kancah sosial dan yang terakhir adalah adanya upaya untuk merubah pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, adanya perubahan sikap dari sikap kekanak-kanakan menuju ke sikap dewasa, juga adanya perubahan nilai, dari nilai hampa ke nilai bermakna, dan juga tentunya adanya perubahan kecakapan. Fungsi Pendidikan Orang Dewasa Pendidikan orang dewasa merupakan proses kegiatan yang berlangsung dalam kehidupan sosial melalui kegiatan .pembelajaran yang bertujuan untuk merubah sikap, nilai pengetahuan dan kemampuan seseorang.

Dalam kegiatan pendidikan orang dewasa tercermin adanya upaya seseorang untuk melibatkan diri dalam kehidupan kemasyarakatan, adanya kegiatan pembelajaran yang disertai bimbingan dan penyuluhan. Karena itu, maka fungsi pendidikan orang dewasa antara lain terdiri atas fungsi pembelajaran, fungsi bimbingan, fungsi pelatihan dan fungsi pengembangan program. Berkaitan dengan itu (Gordon G.Darkenwald, 1982: 16) berpendapat bahwa :

“The basic function of adult education are instruction, counseling, program development ... among other things, the program development proces involves assesing learner needs, setting objective, selecting learning activities and resources for learning, making and executing decisions necessary for learning activities to take place, and evaluating outcomes"

Gordon pada prinsipnya menggariskan tiga fungsi dasar pendidikan yaitu fungsi pembelajaran fungsi bimbingan dan fungsi pengembangan program. Ia pun berpendapat bahwa bagian penting dari fungsi pengembangan program antara lain upaya pendiagnosaan atau penilaian terhadap kebutuhan belajar, penetapan tujuan program, penseleksian terhadap kegiatan belajar dan sumber belajar pengambilan dan pelaksanaan keputusan pokok untuk kegiatan pengajaran, serta yang terakhir ialah evaluasi terhadap hasil akhir.

Khusus mengenai fungsi pengembangan program, Gordon memandang penting untuk mendiagnosa kebutuhan belajar siswa. Pendiagnosaan kebutuhan belajar ini penting artinya untuk menyusun program yang sesuai dengan minat, kebutuhan dan atau aspirasi serta kemampuan warga belajar. Jika program pengajaran sudah sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan warga belajar, maka program tersebut akan mampu meningkatkan motivasi dan disiplin belajar siswa.

Prestasi belajar seseorang akan meningkat baik, manakala siswa memiliki motivasi yang kuat untuk belajar. Dan untuk menumbuhkan motivasi itu diperlukan suasana belajar yang menyenangkan. Program pembelajaran yang menyenangkan dapat tumbuh dengan baik, bila para petugas akademik mampu mendiagnosa

kebutuhan belajar siswa.

Penetapan tujuan pembelajaran pun harus sesuai dengan fungsi dasar program pendidikan. Setelah tujuan pendidikan ditetapkan,baru melangkah pada penseleksian sumber belajar dan aktivitas pembelajaran. Materi inilah yang dapat dijadikan bahan pokok untuk mengambil keputusan program pembelajaran, serta melaksanakan keputusan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengukur sampai sejauh mana program tersebut dapat dilaksanakan, maka pada tahap akhir dari fungsi pengembangan program ini ialah upaya melakukan kegiatan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.

Penilaian atau evaluasi tidak ditujukan untuk mencari-cari kesalahan prang lain atau juga tidak ditujukan memperkuat pandangan pribadi pimpinan. Bahkan lebih jauh (Sudjana, 1992: 190) mengemukakan bahwa "Penilaian bukan pula kegiatan untuk mantes tingkat kecakapan seseorang atau kelompok, sebab kegiatan demikian dikenal dengan istilah tes kecakapan (achievement test). Penilaian bukan untuk menetapkan baik buruknya suatu program, karena kegiatan tersebut termasuk keputusan ,judgement). Demikian pula penilaian bukanlah untuk mengukur karakteristik komponen-komponen program, sebab kegiatan itu lebih tepat apabila disebut pengukuran (measurement). Singkatnya, penilaian bukan kegiatan untuk mencari kesalahan, mentes, mengukur dan menetapkan sesuatu yang berkaitan dengan program".

Penilaian atau evaluasi bukanlah merupakan kegiatan yang bersifat terpenggal, tapi lebih banyak menekankan pada an yang bersifat integralistik, yakni evaluasi trehadap kegiatan secara menyeluruh dan terpadu untuk memperoleh gambaran- gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang perlu dianalisis dan diambil langkah- langkah yang tepat untuk mengembangkan program sebagaimana telah ditetapkan

dalam tujuan.

Langkah-langkah Pengembangan Andragogi

Sejalan dengan telah diterimanya konsep pendidikan seumur hidup, pendidikan orang dewasa, selain dimotivasi oleh konsep pendidikan seumur hidup, juga disebabkan oleh semakin rumitnya peran pendidikan anak (pedagpogi) dalam menjawab tantangan jaman. Karena itulah, maka beberapa pakar pendidikan mulai mencari alternatif lain yang dapat menjawab berbagai persoalan hidup yang berkaitan dengan pendidikan yang berjalan mendampingi tugas hidup dan kehidupan manusia sejak dari lahir sampai akhir hayatnya.

Berkaitan dengan upaya pengembangan pendidikan orang dewasa, (Knowles, 1973 : 54) mengemukakan bahwa: "As I see it, this andragogical proces involves the following phases consistently in both levels of application: 1) The establishment of a climate condusive to adult learning, 2) The creation of an organizational structure for participative planning, 3) The diagnosis of need for learning, 4) The formulation of directions of learning (objective), 5) The development of design of activities, 6) The

operation of the activities, 7) The rediagnosis of needs for learning (evaluation)"

Pandangan Knowles tentang upaya pengembangan pendidikan orang dewasa, antara lain mesti memperhatikan langkah-langkah tentang 1) Upaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, 2) Menciptakan suatu struktur organisasi untuk membuat perencanaan yang dibuat secara bersama-sama, 3) Melakukan upaya pendiagnosaan tentang kebutuhan belajar siswa, 4) Memformulasikan tujuan yang

ingin dicapai. 5) Mendesain kegiatan belajar 6) Mengoperasikan kegiatan belajar para siswa, 7) Melakukan evaluasi atau mendiagnosis ulang tentang pengembangan kebutuhan belajar siswa.

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dan sebaliknya suasana belajar yang tidak menyenangkan dapat menghilangkan motivasi belajar dan sekaligus dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian suasana belajar yang menyenangkan ditumbuhkan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kematangan belajar siswa.

Meyusun Perencanaan Bersama

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang disusun atas dasar kebutuhan bersama. Untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari warga belajar dan para penyuluh, diperlukan adanya upaya bersama antara warga belajar dengan para pendidik atau penyuluh dalam menyusun program pendidikan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan warga belajar.

Mendiagnosa Kebutuhan Belajar Siswa, Suasana belajar yang menyenangkan adalah suasana belajar yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar. Karena itu untuk menciptakan suasana belajar yang aspiratif dan menyenangkan, terlebih dahulu para pendidik harus mendiagnosa kebutuhan belajar para warga belajar.

Kebutuhan dasar orang dewasa menurut Knowles (1973 : 81-82) meliputi:

  1. Physical needs
  2. Growth needs
  3. The Need for scurity
  4. The need for new experiences
  5. The need for affection
  6. The need for recognition

Kebutuhan fisik yang berkaitan dengan masalah pendidikan menurut knowles, meliputi kebutuhan untuk kebutuhan untuk mencari informasi (mendengar), akan kenikmatan atau kesenangan, kebutuhan akan rekreasi atau istirahat.

Kebutuhan yang kedua menurut Knowles adalah kebutuhan akan pertumbuhan fisik, kebutuhan akan kesehatan dan kebutuhan akan perkembangan kecerdasannya. Ketiga adalah kebutuhan akan rasa aman, sehingga ia bisa tentram dan hidup damai. Keempat kebutuhan akan pengalaman baru baik pengalaman dalam bidang pendidikan dan pengajaran maupun pengalaman dalam bidang social budaya atau pengalaman lain yang dibutuhkan untuk kepentingan hidupnya. Kelima adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang dari orang tuanya, kasih saying dari gurunya dan kasih sayang dari sesama temannya.

Sedangkan Maslow melihat kebutuhan manusia secara umum (1973 : 24)

mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri atas :

  1. Physicological or survival needs
  2. Safety needs
  3. Love affection, and belongingness needs
  4. Esteem needs
  5. Need for self actualization"

H.D. Sudjana berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak menunjukan hirarki, tapi kebutuhan itu disesuaikan dengan kondisi dan situasi orang. Memformulasikan tujuan yang ingin dicapai

Tujuan pengembangan program pendidikan orang dewasa, didasarkan atas kepentingan pengembangan sikap, nilai, pengetahuan dan keterampilan warga belajar. Karena itu penyelenggaraan program pendidikan tidak menyimpang dari upaya pengembangan sikap, pengetahuan, nilai dan keterampilan warga belajar.

Mendesain Kegiatan Belajar Siswa

Agar kegiatan belajar membelajarkan berjalan secara harmonis, perlu adanya penataan kegiatan pembelajaran, apakah penataan yang berkaitan dengan waktu, penataan yang berkaitan dengan metode, atau penataan yang berhubungan dengan sarana dan sumber belajar. Semuanya ditata dan disesuaikan dengan minat, kemampuan dan kebutuhan belajar siswa.

Keberhasilan penataan suatu kegiatan belajar, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana seperti itulah yang dapat merangsang motivasi dan disiplin belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan restasi belajar siswa secara baik.

Mengoperasikan Kegiatan Belajar Siswa

Setelah didesain, tugas selanjutnya ialah mengoperasikan kegiatan belajar siswa. Jadi hasil penataan kegiaatan belajar direalisasikan dalam kegiatan operasional pembelajaran. Dalam kegiatan pengoperasian belajar, para pendidik melaksanakan perencanaan program pendidikan yang sudah didesain secara optimal. Dalam kegiatan operasi pembelajaran ini, para pendidik tetap memperhatikan minat, kebutuhan dan kemampuan para warga belajar, Di samping itu, kegiatan belajar tidak berjalan sepihak tapi berkembang dari dua arah, yakni para warga belajar ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran, dan para pendidik secara kontinu memberikan spirit' belajar kepada warga belajar. Dalam kegiatan ini, prinsip Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani tetap diperhatikan dan jadikan acuan kegiatan.

Melakukan Evaluasi Ulang terhadap Penyelenggaraan Program Pendidikan Untuk melihat tingkat keberhasilan penyelenggaraan Program pendidikan, dan untuk melihat apakah kegiatan itu tetap berjalan di atas kebutuhan warga belajar, para petugas atau pendidik melakukan evaluasi ulang terhadap kebutuhan warga belajar dan terhadap semua kegiatan program pendidikan.

Seperti telah diulas dalam bagian evaluasi, bahwa evaluasi atau penilaian bukanlah kegiatan mencari-cari kesalahan para penyelenggara pendidikan, dan bukan pula sebagai alat ukur baik dan buruknya sesuatu kegiatan, tapi kegiatan evaluasi ditujukan untuk melihat seberapa jauh kecocokan kegiatan di lapangan dengan rencana program yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Apakah kegiatan pembelajaran itu sesuai dengan rencana dan tujuan program pendidikan atau telah menyimpang dari rencana dari rencana, maka dievaluasi ulang apa penyebabnya dan bagaimana cara meluruskan dan mencocokkan kegiatan tersebut dengan rencana kegiatan program ?.

Andragogi dan Upaya Pendewasaan

Pendidikan orang dewasa (andragogi), pada dasarnya merupakan bagian dari konsep pendidikan secara umum, dan juga merupakan bidang yang tak terpisahkan dari pendidikan anak (pedagogi) Karena itu, pendidikan orang dewasa pada hakekatnya adalah untuk mendewasakan orang-orang yang dipandang sudah memasuki jenjang dewasa.

Knowles (1970 : 39) mengemukakan bahwa: "Andragogi is premised on at least four crucial assumption about the characteristic of adult learns that are different from the assumption about child learners on which traditional pedagogy is premised. These assumption are that, as a person amtures 1) his selft-concept moves from one of being a dependent personality toward one of being-directing hummann being 2) he accumulates a growing reservoir of experience that becomes an increasing resource for learning; 3) his readiness to learn becomes oriented increasingly to the developmental task of the social roles; and 4) his time perspective changes from one of postponed aplication of knowledge to immediacy of application, and accordingly his orientation toward learning shift from one ofsubject-centeredness to one ofproblemcenteredness".

Knowles memandang bahwa ada empat asumsi untuk melihat karakteristik pendidikan orang dewasa. Pertama bahwa konsep dini orang dewasa bergerak dari ketergantungan menuju pribadi yang mandiri. Kedua, bahwa kehidupan orang dewasa merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman itu menjadi sumber belajar yang berkembang bagi dirinya. ketiga, kesiapan belajar orang dewasa meningkat, sesuai dengan peranan tugas perkembangannya dalam kehidupan sosial, dan yang keempat perspektif waktunya berubah dari pengetahuan yang tertunda menjadi pengetahuan yang siap terap, hal ini sejalan dengan kemampuan belajarnya yang beralih dari system belajar yang terpusat pada mata pelajaran ke arah sistem belajar yang terpusat pada masalah.

Pengembangan Konsep Diri

Peserta didik di Desa Cihampelas adalah orang dewasa yang dianggap belum memiliki kedewasaan, apakah itu kedewasaan sosial, kedewasaan sikap maupun kedewasaan pengetahuan. Salah satu bukti mereka dianggap belum dewasa, ialah mereka telah membiarkan kesehatan lingkungan dan perumahan yang dapat merugikan kesehatan dirinya sendiri dan orang lain. Ini merupakan bukti bahwa mereka belum memiliki sikap atau kepribadian yang matang. Sikap yang belum dewasa ini, mungkin saja disebabkan oleh pengetahuan tentang kesehatan lingkungan dan perumahan sehat yang belum matang. Namun demikian, konsep dini para peserta didik yang belum dewasa dan yang masih memiliki ketergantungan ekonomi, ketergantungan sosial budaya atau ketergantungan hidup lainnya akan berkembang menuju konsep diri yang mandiri.

Bagaimana agar peserta didik bisa merubah sikap ketergantungan menjadi sikap dan konsep dirinya yang mandiri? Jawabnya tentu mesti dibekali dengan konsep pendidikan orang dewasa. Apakah dengan pemberian program pendidikan orang dewasa, para peserta didik d i Desa Cihampelas mau merubah sikapnya ? Jawabnya terpulang kepada peserta didik itu mandiri. Jika mereka mempunyai motivasi kuat untuk merubah konsep diri, maka ia akan berubah orang dewasa yang memiliki kematangan hidup, tapi jika mereka tidak memiliki motivasi untuk merubah sikap dan prlilaku sehat, bagaimanapun juga baiknya penyajian program pendidikan, mereka tetap menjadi orang dewasa yang belum dewasa. Yang terpenting dari upaya mengisi konsep diri para remaja atau orang dewasa, agar mampu melepaskan diri dari ketergantungan ke posisi mandiri antara lain adalah bagaimana menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi kehidupan orang dewasa.

Zainudin Arif (1990: 2) mengemukakan bahwa "di samping menciptakan iklim belajar yang sesuai dengan orang dewasa, juga perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai antara para peserta dengan peserta lain dengan para fasilitator. Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan pandangannya.

Pengalaman Sebagai Sumber Belajar

Pengalaman hidup adalah guru yang mamapu merubah sikap, prilaku dan jalan pikiran seseorang. Karena itu, pengalaman hidup merupakan sumber belajar yang paling efektif untuk menganalisis kelemahan dan kelebihan seseorang, baik dalam hal belajar, bergaul dengan Masyarakat luas maupun dalam bidang-bidang lainnya.

Pengalaman hidup orang dewasa, jauh lebih banyak dan lebih bervariatif bila dibanding dengan pengalaman hidup anak-anak. Jika pengalaman hidup itu telah berperan sebagai sumber belajarnya, maka pengalaman yang luas dan bervariasi itu dapat mempermudah orang dewasa dalam melakukan belajar mandiri. Tugas fasilitator, hanya mengantarkan dan membiimbing mereka tanpa harus terjun langsung pada urusan kecil. Kegiatan pembelajaran lebih banyak didasarkan pengalaman mereka

Kesiapan Belajar

Orang dewasa tidak memiliki kesiapan belajar yang sama. Kelompok dewasa awal kesiapan belajarnya lebih baik dari kelompok dewasa pertengahan. Dan kelompok dewasa pertengahan, kecepatan belajarnya lebih baik dari kelompok dewasa akhir. Dewasa awal menurut Robert J. Havighurst 1990: 5) berkisar antara usia 18 sampai 30 tahun. sedangkan dewasa pertengahan berkisar antara 30-55 tahun. Dan dewasa akhir menurutnya adalah dari usia 55 tahun ke atas.

Berkenaan dengan masalah kemampuan belajar orang dewasa, (Zainudin Arif, 1990 : 7) mengemukakan: "Semula ada anggapan berdasarkan laporan yang dikemukakan oleh E.L.Thorndike bahwa kemampuan untuk belajar seseorang menurun secara perlahan sesudah umur 20 tahun. Tetapi hashl studi akhir yang dikemukakan oleh Irving Lorge menunjukkan bahwa menurunnya itu hanya dalam kecepatan belajarnya dan bukan dalam kekuatan intelektualnya. Hashi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa dasar kemampuan untuk belajar masih tetap ada sepanjang hidup orang tersebut, dan oleh karena itu seseorang tidak menampilkan kemampuan Gelajar yang sebenarnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti orang tersebut sudah lama meninggalkan cara belajar yang sistematik atau karena adanya perubahan-perubahan factor fisiologik, seperti menurunnya pendengaran dan penglihatan atau tenaganya". Sedangkan Nasution beda lagi pendapatnya. Menurutnya bahwa otak manusia itu terdiri atas beberapa bagian atau 'Faculties' dan ia melihat bahwa bagian-bagian otak itu mempunyai daya masing-masing. Nasution melihat bahwa setiap daya itu akan berkembang apabila dilatih secara kontinu.

Kemampuan berpikir akan berkembang baik, manakala daya yang berkaitan dengan pengamatan dan berpikir dilatih terus. Kemampuan keterampilan juga akan berkembang baik manakala daya yang berkaitan dengan keterampilan dilatih secara kontinu. Demikian pula dengan daya-daya lainnya. kena itu, kemampuan seseorang tidak secara tajam menurun setelah usia dewasa, tapi akan tetap berkembang manakala daya-daya yang berkaitan dengan otak dan keterampilan dilatih terus.

Jika ada pandangan yang menyatakan bahwa kecepatan berpikir manusia setelah melewati fase usia dewasa menurun, memang ada benarnya. Tapi jika kecepatan berpikirnya dilatih secara kontinu, hal itu dapat dihindari.

Orientasi Belajar

Orientasi belajar orang dewasa berubah secara perlahan dari penumpukan pengetahuan ke pengetahuan yang setiap terap. Dari kegiatan menghapal ke kegiatan belajar. Arif (1990 : 6) berpendapat bahwa : "Implikasi dalam proses belajar orang dewasa dengan adanya perbedaan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan anak-anak adalah : 1) para pendidik orang dewasa bukanlah berperan 5ebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar; 2) kurikulum dalam Pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, tapi berorientasi pada masalah. Hal ini disebabkan karena orang dewasa cenderung berorientasi pada masalah dalam orientasi belajarnya; 3) oleh karena orang dewasa dalam oelajar berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasar kan kepada masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka"

Para pendidik orang dewasa lebih memerankan dirinya sebagai partner belajar bagi peserta didik-ya dan tidak mengembangkan potensinya dengan baik. Pendidikan semacam inilah yang diharapkan dapat mengantarkan orang dewasa memasuki proses pendewasaan dirinya.

Orientasi belajar masyarakat kota berbeda dengan orientasi belajar orang dewasa di masyarakat pedesaan. James S.Coleman, (1988 : 15) mengemukakan bahwa: "Siswa di masyarakat perkotaan dewasa ini dibentuk oleh keadaan yang kaya akan informasi, tetapi miskin akan karya. Dulu muda-mudi diserap ke dalam dunia dewasa, yang memang diakui keras, tapi penuh karya".

Sekalipun hakekat pendidikan para peserta didik d i Desa Cihampelas adalah pendayagunaan pendidikan penyuluhan, namun para warga belajarnya mesti mengorientasikan belajarnya pada pendidikan kerja yang mandiri. Kondisi seperti ini akan mudah membantu masyarakat desa dalam meningkatkan kedewasaannya.

Empowering Process dalam kaitannya dengan pengembangan sikap dan perilaku hidup Pendidikan kesehatan lingkungan dan perumahan di desa Cihampelas pada hakekatnya diarahkan pada pengembangan sikap dan perilaku hidup sehat sehingga mereka memiliki saran dan tanggung jawab yang positif dalam melaksana- tugas hidup dan kehidupan nya di masyarakat kelak. lalui kesadaran dan tanggung jawabnya itu, diharapkan masyarakat Desa Cihampelas dapat bekerja dengan sendirinya secara positif tanpa harus disuruh oleh orang lain. Dapat berbuat baik dengan sendirinya tanpa harus diperintah. sikap dan perilaku itulah yang oleh Suzanna Kindervatter disebut sebagai empowering process.

Kindervatter (1979 : 150) mengungkapkan bahwa: "Empowering was defined as a people gaining an understanding of and control over social, economic, and/or political porces in order to improve their standing in society. An empowering process is a means to bring about such understanding and control"

Kindervatter menjadikan empowering process sebagai suatu pendekatan untuk menumbuhkan pengertian dan kesadaran seseorang atau kelompok orang untuk memahami dan menilai atau mengevaluasi kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan atan politik, sehingga ia dapat meningkatkan martabat hidupnya dalam masyarakat. Dengan demikian empowering proses diarahkan untuk menemukan.

pengertian dan kontrol diri.

Hakikat pokok dari pandangan Kindervatter tentang enprowering process ini adalah bahwa warga masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok dapat menggali dan memotivasi kesadaran dirinya, sehingga mereka benar-benar memiliki keyakinan akan kekuatan dirinya sebagai manusia yang mampu hidup dan berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Dan dengan kekuatan itulah, mereka mempunyai kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup sehat.

Kindervatter (1979 : 70) mengungkapkan bahwa "The characteristics of an empowering process : 1) community organization, 2) worker selfmanagement and collaboration, 3) participatory approaches in adult education, research and rural development, 4) education specipically aimed at confronting oppression and injustice"

Strategi yang pertama adalah menekankan pada nity organization, yakni mengaktifkan dinamika kehidupan masyarakat di Desa Cihampelas, melalui peningkatan dan perilaku hidup sehat dan keterampilan yang memadai sehingga mereka punya modal untuk mengubah status sosial ekonominya di masyarakat kelak.

Untuk mencapai hal ini, mereka diaktifkan dalam kelompok-kelompok. Strategi yang kedua ialah diaktifkannya hubungan kerjasama antara peserta didik dengan masyarakat desa, melalui manajemen usaha yang baik. melalui cara yang kedua ini, setiap peserta didik tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu, menentukan adanya pembagian tugas dan wewenang yang jelas, struktur organisasi yang jelas yang mampu mengatur sistem kerja yang baik diantara mereka. Strategi ketiga adalah pendekatan partisipasi untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Jadi yang penting dalam strategi yang ketiga ini ialah partisipasi masyarakat dalam mengikuti berbagai perubahan dan tuntutan jaman.

Strategi yang keempat ialah mengembangkan pendidikan wiraswasta sebagai alat untuk menumbuhkan pola hidup sehat. Cara ini dapat dipraktekkan melalui pembagian tanggung jawab diantara sesama warga belajar atau masyarakat. Setiap masalah dibicarakan dan dimusyawarahkan dalam suatu pertemuan kelompok belajar.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
NILAI NILAI PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN

Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia” Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan ti

19/06/2025 12:25 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 372 kali
MANAJEMEN PKBM

Manajemen PKBM Perencanaan. Perencanaan sebagai bagian penting dalam proses manajemen merupakan suatu tahap yang harus dilewati sebelum melangkah ke tahap berikutnya, karena melalui p

19/06/2025 12:23 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 379 kali
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PKBM

Dibentuknya PKBM adalah sebagai pemicu dan bersifat sementara, masyarakat sendirilah yang selanjutnya memiliki wewenang untuk mengembangkannya, karena itulah pendekatan dalam program PK

19/06/2025 12:22 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 494 kali
MENINGKATKAN AKSES DAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PLS

Pendidikan merupakan hak dasar setiap individu yang tidak hanya terbatas pada ruang kelas formal. Dalam konteks ini, program pendidikan luar sekolah (PLS) menjadi sangat penting, teruta

11/06/2025 10:33 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 425 kali
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan sesungguhnya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan Luar S

11/06/2025 09:59 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 926 kali
MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT DI ERA DIGITAL

PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia semakin mengandalkan teknologi informasi yang berkembang pesat, menghasilkan kemajuan dan efektivitas dalam proses belajar -mengajar (Pramesworo

11/06/2025 09:47 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 626 kali
TANTANGAN YANG DIHADAPI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Tantangan yang  Dihadapi  dalam  Implementasi  Pendidikan  Luar  Sekolah  Berbasis Masyarakat Pendidikan  luar  sekolah  berbasis 

11/06/2025 09:28 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 757 kali
STRATEGI DAN EFEKTIVITAS MENINGKATKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Strategi  untuk  Meningkatkan  Efektivitas  Pendidikan  Luar  Sekolah  Berbasis Masyarakat. Untuk  meningkatkan  efektivitas  pendidika

11/06/2025 09:19 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 380 kali
FUNGSI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pendidikan luar sekolah sebagai komplemen adalah pendidikan yang materinya melengkapi apa yang diperoleh di bangu sekolah. Ada beberapa alasan sehingga materi pendidikan persekolahan ha

05/06/2025 12:42 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 364 kali
AZAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

ASAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan individu yang sedang mengalami pertumbuhan ke dalam kolektivitas masyarakat. Dalam kegiatan pendid

05/06/2025 12:40 - Oleh Setyo Widodo - Dilihat 547 kali